PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN DAYA BERFIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS XI MIPAB DI SMA NEGERI 2 SENTAJO RAYA
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan daya berpikir siswa kelas XI.MipaB di SMA Negeri 2 Sentajo Raya. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus dilakukan dalam satu pertemuan. Tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penulis juga menggunakan alat pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentsi. Melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL), dapat meningkatkan daya berpikir kritis siswa kelas XI MipaB. Hal ini dapat dilihat dari hasil olah data, diperoleh pada kegiatan pra siklus belum ada indikator yang dicapai, sehingga harus diterapkannya Metode Kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) ini. Selanjutnya pada siklus I meningkat jumlah indikator yang dicapai yaitu 10 atau 91% dan masih tersisa 1 indikator atau 9% dari jumlah keseluruhan, lanjut pada siklus II kegiatan di lakukan dengan baik dengan menunjukkan jumlah indikator yang sudah 100% dilaksanakan atau tercapai. Dan penilaian daya berpikir kritis pada kegiatan pra siklus ini guru mata pelajaran merapkan metode ceramah sehingga hasil observasi daya berpikir kritis siswa dikatakan rendah karena siswa tidak diberikan kesempatan yaitu ( dari 20 siswa, 8 siswa atau 40% mendapatkan kategori cukup dan 12 siswa atau 60% dikategorikan kurang ). Kemudian dilakukan penerapan metode kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan daya berpikir kritis siswa. Pada siklus I memperoleh hasil yaitu (dari 20 siswa, 5 siswa atau 25 % daya berpikir kritis siswa di atas masuk pada kategori Kritis dan 15 siswa atau 75% siswa masuk pada kategori cukup), dan pada Siklus II diperoleh (dari 20 siswa, 18 siswa atau 90% dalam kategori kritis dan 2 siswa atau 10% dalam kategori cukup)